“Kak, coba lihat ini catatan yang ada di tablet punya Yayat.” Kata Yama
sambil memberikan tablet milik Yayat kepada Nufa.
“Inikan catatan milik Yayat, emang dia biasanya sering kog nulis-nulis
kayak gini di tabletnya, jadi rasanya gak ada yang aneh.” Timpal Nufa.
“Iya, tapi coba deh kakak baca catatan terakhir Yayat, diketik hari ini beberapa jam sebelum dia meninggal.” Yama
kembali berucap.
Nufa kemudian membuka catatan teakhir Yayat yang diperlihatkan oleh
adiknya.
Hana
ini Cuma sebuah catatan kecil yang aku tulis untukmu
Entah
kenapa aku merasa aku masih menyayangimu sampai saat ini
Aku
pun masuh merindukanmu sampai saat ini.
Hana
ingat, kita dulu selalu bercerita tentang banyak mimpi
Yah,
mimpi yang banyak sampai kita lupa untuk menutup mata
Mungkin
matahari pun marah melihat kita lupa untuk tidur saat kita bercerita
Hana,
entah kenapa aku masih punya haapan kecil
Harapan
untuk tetap setia menunggu mu.
Entah
bagaimana cara aga aku bilang kalau aku bena-bena mencintaimu
Hana
mungkin waktu ku sudah dekat, waktu untuk benar-benar pergi
Ismihana,
nama yang cantik yang penah ada dekat denganku
Dan
dimiliki oleh orang yang aku cintai.
Yayat Muhammad
“kayaknya
Hana harus liat ini.” Ujar Nufa sambil menaruh tablet itu kembali ke atas meja.
“Iya
kak, tapi gak sekarang kita masih punya urusan yang lebih penting sekarang.” Balas
Yama setelahnya “ayo kita periksa kamar ini dulu.”
Yama
dan Nufa kemudian memeriksa kamar tidur yang rencananya akan digunakan Yayat
dan Arman untuk malam ini. Diatas meja
yang isinya tinggal beberapa butir.
“Kak,
ayo keluar, gak ada apa-apa disini” ajak Yama kepada kakaknya.
“Lah,
emang kamu mau nyari apaan?” tanya Nufa.heran dengan tingkah adiknya
“eh,
gak ada kog kak. Gak nyari apa-apa” sangkal Yama dengan nada terkejut.
“Yaudah
kalo kayak gitu.” Nufa mengajak adiknya keluar dari kamar tersebut.
Mereka
keluar kamar tersebut, dan sama seperti sebelumnya mereka tiba ruang makan,
tempat dimana Yayat menghembuskan nafas terakhirnya. Karena rasa sedikit lapar,
Nufa tiba-tiba berusaha mencoba mengambil sebuah roti yang masih terbungkus
diatas meja.
“Eh
kak, jangan nyentuh apa-apa dulu, ntar kakak dituduh yang ngebunuh Yayat karena
ada sidik jari kakak di atas meja.” Tiba-tiba suara Yama menghentikan kakaknya.
“Eh,
kog sampe segitunya sih?” tanya Nufa keheranan.
“Yailalah
kak, soalnya sidik jari kakak bisa nempel diatas meja, nanti polisi periksa
terus nemuin sidik jari kaka, bisa jadi kakak yang dikira pelaku loh.” Kata Yama
memperingatkan “masa gitu aja gak tau sih kak”
“Owh,
gitu yah hehehe. Hampir aja mesti nginap di penjara gara-gara Cuma mau ngambil
roti” balas Nufa sambil tertawa kecil.
Yama
kemudian kembali memperhatikan sekeliling meja makan, tapi dia tidak menemukan
apapun, sama saat pertama mereka berkumpul dimeja makan hanya ada roti dan
cemilan serta minuman yang tadi mereka akan santap dan bungkusan obat milik
Yayat
“Eh,
perhatiin apaan sih, ayo balik ke tempat semua ngumpul” ajak Nufa tiba-tiba
mengagetkan Yama.
Belum
sempat membalas ajakan kakaknya tiba-tiba Yama berlalu keluar menuju pintu
belakang.
“Ah,
kenapa tidak terpikir olehku, pasti yang meracuni Yayat salah satu dari mereka,
dan buktinya pasti ada disuatu tempat disini.” Pikir Yama sambil menuju keluar.
Lima
belas menit kemudian Yama kembali melalui pintu depan setelah mengetuk pintu
yang dikunci oleh satu satu dari mereka.
“Hey,
darimana saja kamu?” tanya Fathur dengan nada sedikit naik karena marah.
“
Maaf, tadi lupa naruh ponsel dimana, yaudah trus nyarinya di mobil deh.” Jawab yama
sedikit bercanda.
“Eh,
bukannya tadi aku lihat kamunya nelpon yah disini sebelum kita semua ngumpul di
meja makan.” Kata Fera ikutan bicara.
“Dasar
nih bocah, masih sempat-sempatnya bercanda” tiba-tiba Nufa bicara sambil
menarik telinga adiknya.
“iya
deh maafin, serius amat sih kan Cuma bercanda biar suasana gak tegang kayak
gini, ampun deh, ampun.” Yama membela diri.
Tiba-tiba
ekspresi wajah Yama berubah lebih serius “yah, baiklah soalnya ngumpul semua di
sini, aku pengen ngasih tau sesuatu”
Nufa
tiba-tiba melepaskan tanganya dari telinga adiknya, dan merasa bingun dengan
ekspresi adiknya. Begitupun dengan orang-orang yang ada di situ merasa bingung
dengan Ekpresi dan perkataan Yama barusan.
0 apa yang kamu pikir:
Posting Komentar